Sejarah Nagari

Koto Gaek Guguk menurut waris yang diterima pusako nan di jawek, dari ninik turun temurun ke mamak, dari mamak turun ke kemenakan yang diwarisi sampai kini yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

“dimano mulo titiak palito – di baliak telong nan batali”

“dimano mulonyo niniak kito – iyo di puncak Gunuang batali”

Dari sanalah turunnya niniak kito (Minangkabau) menuju Pariangan Padang Panjang, terus menuju Solok dan Selayo.

Selanjutnya 5 orang niniak (Niniak dari suku Melayu, Niniak dari suku Chinago, Niniak dari suku Supanjang, Niniak dari suku Tanjuan, dan niniak dari suku Sungai Napa) terus memudikan batang Sumani melalui jurusan batang Gegawan terus menempuh tali bukit yang berdekatan dengan gantuang Ciri sampai di pintu bukit yang diberi nama Pintu Koto, yang terletak dalam kenagarian Jawi-Jawi sekarang. Disnilah 5 orang niniak meninjau arah mana yang akan dituju, untuk mencari tempat tinggal, tetapi seorang niniak dari suku Melayu dengan seorang diri ditempat itu, makan dinamailah tempat tersebut Lubuang Balekok dalam kenagarian Jawi-Jawi.

Dengan melikunya seorang niniak dari suku melayu, empat niniak yang lainnya terus memudikan Batang Sumani, pada suatu tempat dengan tujuan untuk mengasah perkakas, maka tempat tersebut dinamai Batu Asahan yang terletak antara perbatasan kenagarian Jawi-Jawi dengan Koto Gaek.

Selesai mengasah perkakas, ke empat ninik tersebut terus berjalan sampai ke sebatang Linjuang yang tinggi dan disanalah ke empat niniak tersebut mulai rencana untuk mengolah tanah kalau nan kareh dijadikan ladang, kalau nan lunak dijadikan sawah. Dan disini pulalah niniak yang empat itu melalui membuat taratak yang diberi nama Linjuang Koto Tinggi.

Dengan perkembangan makin bertambah, maka lanjutan Koto Tinggi ditukar nama dengan koto kaciak, selanjutnya setelah keempat niniak tersebut tinggal beberapa lama ditempat yang kami sebutkan diatas (Lingkuang Koto Tinggi) maka dua orang Niniak, masing-masing niniak dari suku Supanjang, ingin meneruskan perjalanan menuju arak Kayu Aro sekarang. Menurut waris yang kami terima niniak yang dua orang itu berhenti pada sebatang kayu yang bernama Aro, disanalah niniak tersebut berhenti dan bermalam disana, maka tempat itu dinamai Kayu Aro.

Esok pagi harinya setelah bangun ke dua ninik mamak tersebut melepas pandangan arah sebelah barat yang tidak beberapa jauh dari tempat perhentian tersebut di atas, maka kelihatanlah cahaya seperti nyala api dan sepakatlah niniak mamak yang kedua itu menju tempat yang nyala tersebut dan sesampai disana maka bertemulah kedua niniak mamak tersebut sebuah sungai, maka dinamailah sungai tersebut sunai Nyalo.

Disinilah niniak yang berdua itu, yaitu Tanjuang dan Supanjang, berdiam untuk membuat ladang dan sawah serta rumah dan sekarang dibentuklah sebuah dusun yang dinamai Sungai Nyalo yang termasuk dalam wilayah kerja Jorong Sukarami Nagari Koto Gaek.

Oleh karena sesuatu hal yang kurang menyenangkan bagi niniak yang berdua itu yang tinggal di Linjuang Koto Tinggi, seperti suku Sinapa dan Caniago, disebabkan kurang mengalirnya air untuk sawah, maka dibuat mufakat untuk menjeput kembali niniak yang tinggal di Sungai Nyalo tersebut dikatakan di atas yang tempatnya di depan kantor wali nagari sekarang, maka tempatnya tersebut dinamai Batu Perbuatan.